Selama ini yang kita tahu cuma pengen rumah bergaya minimalis. Padahal, minimalis itu bukan semata-mata gaya arsitektur, lho. Untuk pengaplikasinya harus diikuti dengan gaya hidup yang sesuai.
Selama ini kita cuma sering mendengar soal gaya arsitektur atau desain interiorminimalis ataupun sederhana. Bahkan tak sedikit yang menyukai dan akhirnya mengaplikasikannya di rumah. Tapi ternyata yang disebut minimalis itu bukan sekedar gaya arsitektur atau interior. Untuk mengaplikasikannya harus diikuti dengan gaya hidup yang serupa.
Andra martin bahwa gaya minimalis mengacu pada gaya hidup. Gaya bangunan minimalis sendiri sebenarnya terinspiransi oleh gaya hidup Zen dari Jepang. Zen, kata Andra Martin, beranggapan semakin dikit benda yang di gunakan atau dimiliki, semakin tenanglah hidup seseorang. Itu sebabnya gaya desain minimalis, sedikit sekali bermain warna. Pada penataan interior juga sesedikit mungkin menggunakan funitur.
Pada ruang keluarga misalnya, kata Andra, tidak perlu menggunakan banyak kursi atau sofa. Bahkan kalau perlu cukup dengan menggelar karpet dan beberapa bantal sebagai alas duduk. Begitu pula dengan kamar tidur,kalau memang ingin disebut minimalis, gunakan saja futon, seperti di Jepang.Dengan demikian, begitu tidak digunakan, gulung dan simpan futon. Ruangan pun bisa digunakan untuk keperluan lain. Intinya, kata Andra lagi, semakin sedikit barang yang kita punya atau gunakan, semakin minimalislah kita.
Selama ini, orang hanya menganggap minimalis sebagai tren. Padahal gaya hiduplah yang menentukan akan seperti apa gaya bangunan dan penataan rumah kita. "kalau gaya hidupnya tidak minimalis, pasti tidak akan nyaman dengan gaya minimalis. Jadi, jangan asal minimalis, sesuaikan juga dengan gaya hidup kita.